Muhasabah (Introspeksi Diri) di Penghujung Tahun – Sebuah Renungan
Posted by Admin pada 27/12/2009
Muhasabah (Introspeksi Diri) di Penghujung Tahun – Sebuah Renungan
Oleh Al Imam Ibnul Qayyim
Hari berganti hari, tahun berganti tahun, tiada terasa begitu banyak hal-hal yang telah kita perbuat, sedangkan usia semakin menggiring kepada kematian, tapi tidak seorang pun dari kita yang mengetahui apakah amalannya diterima oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala atau justru ia tertolak sehingga menjadi orang yang merugi.
Pergantian tahun merupakan momen penting bagi kita untuk introspeksi (muhasabah), melihat kembali apa yang telah kita kerjakan pada masa yang lalu untuk berbuat lebih baik di sisa waktu. Semoga tulisan kali ini dapat memberi sedikit pencerahan kepada kita dalam meningkatkan kualitas iman dan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, amiin.
Muhasabah (menghisab) diri ada dua macam: menghisab sebelum berbuat dan menghisab sesudahnya.
Adapun yang pertama (menghisab sebelum berbuat) adalah berfikir pada awal perencanaan dan kehendaknya dan tidak langsung berbuat sampai jelas baginya mana yang baik, melakukan rencananya atau meninggalkannya.
Al Hasan Al Bashri Rahimahullah berkata, “Allah merahmati seseorang yang berfikir pada awal perencanaannya, apabila (rencananya itu) karena Allah ia lanjutkan, dan apabila karena selainnya ia tinggalkan.”
Sebagian ulama menjabarkan hal ini: apabila jiwa seseorang tergerak mengerjakan sesuatu, hendaknya ia merenung dan mengamati apakah rencananya itu dalam batas kesanggupannya atau tidak? Apabila ia di luar batas kesanggupannya, hendaknya ia berhenti. Sedangkan apabila masih dalam batas kesanggupannya, hendaknya ia merenung dan mengamati kembali, apakah menjalaninya yang lebih baik ataukah meninggalkannya. Apabila jawabannya yang kedua, hendaknya ia meninggalkannya dan tidak menjalaninya. Sedangkan apabila jawabannya yang pertama, ia merenung dan mengamati sekali lagi, apakah motivasinya mengharapkan wajah Allah Azza Wa Jalla dan pahala-Nya atau mengharapkan kedudukan, pujian dan harta dari makhluk? Apabila jawabannya yang kedua, hendaknya ia tidak menjalaninya meskipun rencananya membantunya meraih harapan-harapannya, agar jiwanya tidak terbiasa dengan kesyirikan sehingga menjadi ringan baginya berbuat bukan karena Allah, karena semakin ringan bagi seseorang berbuat demikian semakin berat pula baginya berbuat karena Allah Ta’ala, hingga ikhlas menjadi perkara yang terberat bagi dia.
Sedangkan apabila jawabannya adalah yang pertama, ia merenung dan mengamati lagi apakah faktor-faktor yang memudahkan terpenuhi, ia memiliki rekan-rekan yang siap membantu atau membelanya, apabila rencananya tersebut membutuhkan orang-orang yang membantunya? Apabila ia tidak memiliki rekan-rekan yang membantunya, hendaknya ia menahan dirinya sebagaimana Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabar dari berjihad di Makkah sampai ia memiliki kekuatan dan shahabat-shahabat yang membelanya. Dan apabila ia memiliki rekan-rekan yang menolongnya, silahkan ia lanjutkan karena sesungguhnya ia akan menang.
Keberhasilan tidak akan pergi kecuali dari orang yang menelantarkan salah satu dari perkara-perkara ini, karena kapan perkara-perkara di atas terpenuhi pada seseorang keberhasilan pasti menyertainya.
Ini adalah empat tingkatan, seseorang perlu menghisab dirinya pada tingkatan-tingkatan tersebut sebelum berbuat. Karena tidak semua yang ingin dilakukan seseorang, di dalam batas kesanggupannya. Dan tidak semua yang ia sanggupi, mengerjakannya lebih baik dari meninggalkannya. Dan tidak semua yang mengerjakannya lebih baik dari meninggalkannya, seseorang mengerjakannya karena Allah. Dan tidak semua yang niatnya karena Allah faktor-faktor pendukungnya terpenuhi. Apabila seseorang menghisab dirinya di atas empat tingkatan ini jelaslah baginya mana yang harus ia kerjakan dan mana yang harus ia tinggalkan.
Yang kedua: Menghisab diri sesudah berbuat. Dan hal ini ada tiga macam. Yang pertama, menghisab diri atas suatu ketaatan yang usai ia kerjakan namun ia kurang memenuhi hak Allah Subhanahu Wa Ta’ala padanya, sehingga ia belum menunaikannya dalam bentuk yang seharusnya.
Dan hak Allah di dalam suatu amalan ketaatan ada enam macam: ikhlas dalam berbuat, totalitas dalam beribadah kepada-Nya, mencontoh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam pelaksanaannya, mengakui segala karunia dan anugrah-Nya dan setelah itu mengakui kurangnya dia dalam memenuhi semua itu.
Maka ia menghisab dirinya apakah ia telah memenuhi hak tingkatan-tingkatan ini? Apakah ia sudah mendatangkan itu semua dalam ketaatan yang telah ia kerjakan ini?
Kedua, menghisab diri atas setiap perbuatan yang telah ia kerjakan, namun meninggalkannya lebih baik dari melakukannya.
Ketiga, menghisab dirinya atas perkara mubah atau kebiasaan yang telah ia kerjakan, kenapa ia kerjakan? Apakah ia mengerjakannya karena mengharapkan wajah Allah dan negeri akhirat? Sehingga ia menjadi orang yang beruntung, atau mengharapkan dunia dan kesenangannya yang sesaat, sehingga ia merugi tidak beruntung!
Sumber : Al Imam Ibnul Qayyim, Mawaridul Aman Al Muntaqa Ig, Dikutip dari http://www.ahlussunnah-jakarta.com/artikel_detil.php?id=423 Judul Sebuah Renungan
Baca Juga artikel artikel dibawah ini:
0.Pentingnya Banyak Mengingat KEMATIAN
1.Mengetahui Tanda-tanda Husnul Khatimah Saat Kematian
2.Manusia Dengan Wajah Tak Berdaging..
3.Hukum Membongkar Kuburan
4.Bertaubatlah Sebelum Ajal Menjemputmu
5.Setelah Ajal Menjemput, Man Robbuka?, Sanggupkah Aku Menjawabnya !
6.MISTERI.. di ALAM KUBUR
7.Perkara yang Bermanfaat Setelah Kematian Manusia
8.MENYIMAK NASEHAT ULAMA DI AKHIR TAHUN
Diarsipkan pada: https://qurandansunnah.wordpress.com/
Azzura HAYL said
Ass, kunjungan akhir tahun….
Mau minta ijin ngopy artikel yg ada di blog ini, trus mau saya posting ke blog saya. bolehkah ?
Silahkan dengan menyertai sumbernya tanpa mengurangi atau menambah isi, untuk menjaga ke Ilmiahan risalah, juga tidak untuk dikomersilkan.
https://qurandansunnah.wordpress.com/copy-right/
Azzura HAYL said
Syukron jiddan…OK
Zulaela said
Wah anda kok baik betul to! Kapan2 aku juga pingin ngopi artikelnya ah!
Salam knal aja ya!
duadua said
karya ibnul qayyim rahimahullah emang luar biasa.sungguh dalam dan membuat kita merenung,dan bahasanya sangat indah.Subhanallah
Lowongan CPNS said
Dengan membaca renungan penuh hikmah di sini membuat saya pengen menangis, saya selalu sempatkan membaca renungan ini di saat menjelang saya tidur. Semoga Allah SWT melindungi kita semua dan memberikan jalan yg lurus.
tovazone said
semoga di tahun yang baru ini Allah memberikan kekuatan untuk menjadikan amal ibadah kita menjadi lebih baik, menambah spirit tuk selalu berbuat kebaikan dan semakin bermanfaat bagi banyak orang-orang di sekitar kita.