Anggapan Angka 13 Angka Sial, Hari Baik Hari Sial Serta Bulan Sial
Posted by Admin pada 24/05/2009
Tanya:
Apakah dibolehkan bagi seseorang untuk membenarkan atau menganggap sial angka tertentu, demikian pula hari, bulan dan seterusnya?
Jawab:
Asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alusy Syaikh rahimahullahu menjawab:
“Tidak boleh, bahkan hal itu termasuk kebiasaan orang-orang jahiliyyah yang syirik, di mana Islam datang untuk menolak dan membatilkannya. Dalil-dalil yang ada demikian jelas menyatakan keharaman kebiasaan tersebut. Perbuatan atau anggapan sial seperti itu termasuk kesyirikan dan sebenarnya tidak ada pengaruhnya dalam menarik kemanfaatan atau menolak kemudaratan, karena tidak ada yang memberi, yang menolak, yang memberi manfaat dan memberi mudarat kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللهُُ بِضُرٍّ فَلاَ كَاشِفَ لَهُ إِلاَّ هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلاَ رَادَّ لِفَضْلِهِ
“Jika Allah menimpakan kepadamu kemudaratan maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia dan bila Dia menghendaki kebaikan bagimu maka tidak ada yang dapat menolak keutamaan-Nya.” (Yunus: 107)
Dalam hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَوِ اجْتَمَعَتِ اْلأُمَّةُ عَلَى أَنْ يَّنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوْا عَلَى أَنْ يَّضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ اْلأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ
“Seandainya umat berkumpul untuk memberikan kemanfaatan bagimu dengan sesuatu niscaya mereka tidak dapat memberikan kemanfaatan bagimu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan sebaliknya, jika mereka semuanya berkumpul untuk memudaratkanmu dengan sesuatu niscaya mereka tidak dapat menimpakan kemudaratan tersebut kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Telah diangkat pena dan telah kering lembaran-lembaran (catatan takdir)1.”
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu mengabarkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ وَلاَ هَامَةَ وَلاَ صَفَرَ
“Tidak ada penularan penyakit (dengan sendirinya), tidak ada thiyarah (menganggap sial dengan sesuatu), tidak ada kesialan dengan keberadaan burung hantu dan tidak ada pula kesialan bulan Shafar.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam satu riwayat:
لاَ نَوْءَ وَلاَ غُوْلَ
“Tidak ada nau`2 dan tidak ada ghul3.” (HR. Muslim)
Dalam hadits ini penetap syariat (yakni Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) menolak thiyarah berikut apa yang disebutkan dalam hadits. Beliau mengabarkan bahwa thiyarah itu tidak ada wujudnya dan tidak ada pengaruhnya. Thiyarah itu hanyalah anggapan-anggapan keliru dan khayalan-khayalan rusak di dalam hati.
Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: (وَلاَ صَفَرَ) menolak keyakinan orang-orang jahiliyyah yang menganggap bulan Shafar sebagai bulan sial, mereka mengatakan bulan Shafar adalah bulan bencana. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun meniadakan kebenaran anggapan tersebut dan membatilkannya. Beliau kabarkan bahwa bulan Shafar itu sama dengan bulan yang lain, tidak ada pengaruhnya dalam menarik kemanfaatan dan menolak mudarat. Demikian pula hari-hari, malam-malam dan waktu-waktu lain, tidak ada bedanya. Dulunya orang jahiliyyah menganggap sial hari Rabu, menganggap sial untuk melangsungkan pernikahan di bulan Syawwal secara khusus. Sehingga Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahiku di bulan Syawwal, maka siapakah yang lebih memiliki keutamaan/keberuntungan daripada diriku?”
Hal ini seperti anggapan sial orang-orang Rafidhah terhadap angka sepuluh, dan mereka tidak suka dengan angka ini karena kebencian dan permusuhan mereka terhadap Al-’Asyrah Al-Mubasysyarina bil jannah (10 shahabat Rasulullah yang diberi kabar gembira masuk surga ketika mereka masih hidup4). Yang demikian itu disebabkan kebodohan dan kedunguan akal mereka.
Demikian pula ahli nujum, mereka membagi waktu menjadi waktu nahas dan sial. Yang kedua; waktu bahagia dan baik. Tidaklah samar lagi haramnya ramalan bintang ini dan ia termasuk jenis sihir.
Ibnul Qayyim rahimahullahu berkata: “Tathayyur adalah menganggap sial dengan apa yang dilihat dan apa yang didengar. Bila seseorang melakukan tathayyur ini, ia membatalkan safar yang semula hendak dilakukannya dan ia menarik diri dari perkara yang semula ia bersikukuh padanya, dengan begitu berarti ia telah mengetuk pintu kesyirikan bahkan ia telah masuk ke dalamnya. Ia berlepas diri dari tawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia membuka untuk dirinya pintu ketakutan dan bergantung kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Orang yang menganggap sial dengan apa yang dilihat atau didengarnya berarti telah memutuskan diri dari apa yang dinyatakan dalam ayat berikut:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
“Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.” (Al-Fatihah: 5)
فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ
“Maka beribadahlah engkau kepada-Nya dan bertawakallah.” (Hud: 123)
عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيْبُ
“Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya aku akan kembali.” (Asy-Syura: 10)
Jadilah hatinya bergantung kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala baik dalam bentuk ibadah ataupun tawakal, sehingga rusaklah hatinya, iman, dan keadaannya. Tinggallah hatinya menjadi sasaran thiyarah dan senantiasa digiring kepadanya. Syaitan pun mendatangi orang yang telah rusak agama dan dunianya ini. Berapa banyak orang yang binasa karenanya dan ia merugi di dunia dan di akhirat. Dalil-dalil tentang haramnya tathayyur dan tasyaum (menganggap sial) ini ma`ruf dan terdapat pada tempat-tempat pembahasannya, maka kita cukupkan dengan apa yang telah disebutkan. (Fatawa Al-Mar`ah Al-Muslimah 1/132-134)
Footnote:
1. HR. At-Tirmidzi, dishahihkan Asy-Syaikh Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi dan Al-Misykat no. 5302, pent.
2. Nau` adalah bintang. Orang-orang jahiliyyah menyandarkan kesialan dan keberuntungan yang mereka peroleh dengan bintang. Sebagian bintang menurut mereka sial sehingga mereka katakan: Ini bintang nahas tidak ada kebaikan padanya. Sebagian lain dari bintang, mereka anggap membawa keberuntungan sehingga bila mereka dicurahi hujan, mereka berkata: “Kita diberi hujan oleh bintang ini”. Mereka tidak mengatakan: “Kita diberi hujan dengan keutamaan dan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (Al-Qaulul Mufid `ala Kitabit Tauhid, Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin , 1/568). -pent.
3. Ghul adalah setan yang biasa menyesatkan orang yang sedang berjalan di padang pasir atau lembah. Yang ditolak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits adalah pengaruh ghul ini, bukan keberadaannya. Setan yang suka mengganggu manusia seperti ghul ini memang ada, namun bila kuat tawakalnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak menghiraukan keberadaannya, setan ini tidak dapat memudaratkan dan menghalanginya menuju arah yang hendak ditujunya. (Al-Qaulul Mufid, 1/569) -pent.
4. Mereka adalah Abu Bakr Ash-Shiddiq, Umar ibnul Khaththab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Az-Zubair ibnul Awwam, Sa`ad bin Abi Waqqash, Sa`id bin Zaid, Abdurrahman bin `Auf, dan Abu `Ubaidah ibnul Jarrah, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhai mereka semuanya.
Sumber: Majalah Asy-Syari’ah, Vol.III/No.29/1428H/2007, Kategori: Fatawa Al-Mar’ah Al-Muslimah, hal. 87-89. Dicopy dari: http://www.asysyariah.com dikutip lagi dari Akhwat.wb.id. Oleh: Asy-Syaikh Muhammad bin Ibrâhîm Alusy Syaikh rahimahullâh Judul: Anggapan Sial terhadap Angka, Hari /Bulan Tertentu
Diarsipkan pada: https://qurandansunnah.wordpress.com/
bamber said
Begitu yah… berarti aku harus meninggalkan kebiasaanku menganggap angka 13 yg membawa sial.
Oh iya mas, kalau menganggap salah satu angka atau apapun membawa kebaikan ga boleh juga ya mas?
janganlah mengatakan angka ini atau benda ini membawa kebaikan, hanya Allah menimpakan kemudaratan dan menghilangkannya.
maskhuzam said
sdkt ngasi komentr :
saya sepakat, mmg di islam tidak ada hr sial, dll.
tapi yg sy tanyakan, knp msh ada bulan yg pling baik… waktu yg paling baik, plg baik, atau plg afdhol, dll. gmn itu?
seperti sudah diterang dalam hadits bahwa hari jum’at hari lebarannya umat Islam serta juga keutamaan bulan Ramadhan
Hawinmurtadlo said
Tambahan tentang hari baik, 13, 14, 15 bulan qomariyah disunahkan puasa, 17, 19, 21 bulan qomariyah baik untuk berbekam.
dhieeewhe said
semua angka sama saja
sial atau beruntung itu sudah ditentukan
syaiful said
terimakasih sudah berkunjung ke blog saya. angka 13 sial dalam padangan Islam tidak. hanya itu di luar Islam
achoey said
Wah, indah nian ini postingan
Penuh ilmu
Siti Fatimah Ahmad said
Assalaamu’alaikum…
Salam kunjungan dengan gembira menyambung silaturahmi sesama Islam. Ruang ilmu yang amat bermanfaat dan saya berterima kasih kerana diizinkan berkongsi ilmu di sini. Semoga kita sama-sama mendapat kebaikan dan keberkatan dari Allah atas setiap pencerahan ilmu yang dimanfaatkan melalui cara tersendiri. Alhamdulillah. salam kenal dan salam hormat.
wa’alaikum salam warahmatulahi wabarakaatuh
salam kenal kembali
lintasdunia said
Dari dulu emang ngak percaya ama mitos angka 13 koq… 🙂
lintasdunia.wordpress.com
Johan Firdaus said
Bener tuh, percaya sama angka sial itu gak bener, sama seperti jalan di bawah tangga bikin sial, numpahin garam bikin sial, dsb
sakainget said
mantabz gan bahasannya… sangat jelas
salut ah ama akang dg semua tulisannya
mieee said
saya mau tanya… Darimanakah sebenarnya angka 13 itu angka sial???? kenapa disebut angka 13 angka sial??? Terimakasih
itu rumor yang menjadi kepercayaan di masyarakat itulah khurofat, tidak ada kesialan dalam angka, hari dan bulan.
Mengapa Sebagian Orang Menganggap Bulan Muharram Bulan Sial? « Qur'an dan Sunnah said
[…] Anggapan Angka 13 Angka Sial, Hari Baik dan Hari Sial Serta Bulan Sial […]
A9YnD1LV3R said
Bagi saya apapun angkanya semuanya baik.. Yang buat buruk cuma pikiran kita sendiri!
irfan S said
Assalamu’alaikum…
Setelah membaca uraian di atas, maka bertambahlah keyakinan bahwa Alloh SWT tidak membuat bulan2 untuk dijadikan/ditakuti oleh makhluk-Nya. Sedikit menambahkan, malah ada yg beranggapan bahwa menikah di bulan Syafar sangat tidak dibolehkan oleh kaum yg suka melakukan hal2 bid’ah dengan dalih Syafar adalah bulan kawinnya anjing,sehingga jika menikah pada bulan tersebut maka sama dengan anjing…Na’udzubillahi mindzalik…Sesungguhnya pemikiran seperti itu merupakan pemikiran orang2 jahiliah…Semoga Alloh SWT memberikan ampunan kepada mereka…amiin